Cerita Kita - Masih ingatkah puisi cinta Wisrawa pada Sukesi yang tersimpan di bawah bantal tidurmu? Cinta yang berawal dari messenger hingga berujung pada kisah layang-layang terputus dengan benangnya. Cinta yang tajamnya melampaui cakram matahari. Memenggal batang mimpi indahmu ketika datang fajar.
Barangkali pula kau masih ingat tentang penyair Wisrawa di hadapan Sukesi. Mengajarkan sastra jindra di ruang rahasia dengan berbait-bait sajak. Hingga kau yang sekejap terbuai berakibat sepasang tanganmu terjerat tali lawe. Sepedih pesakitan yang akan dikorbankan di depan meja pengadil.
Sebelum membuka jendela untuk menyaksikan langit jingga. Bacalah ulang puisi cinta Wisrawa pada Sukesi! Agar kau tak senasib kancil tolol yang terperdayai perangkap emas seorang petani. Sampai segayung air matamu tak cukup menebus cinta yang kaupertaruhkan di meja judi.
Jauh sebelum matahari pulang ke sarang malam. Pulanglah ke rumah cinta yang akan kaubangun dengan pacar barumu. Itulah aku, Siwa Dewa bagi Umarati. Kekasih tak bersyarat yang segera membawamu terbang ke langit lapis ketujuh. Tempat di mana Adam-Eva menyetubuhkan dua hati melalui khuldi.
-Sri Wintala Achmad-
