![]() |
| Foto : NewsGram |
Cerita Kita - Dalam epik Ramayana, disebutkanlah sebuah negeri yang diperintah raja raksasa bernama Rahwana. Nama kerajaan ini disebut Alengka (atau Lanka). Letak negeri ini yang digambarkan berada di sebelah selatan, membuat kita dengan mudah mengasosiasikannya sebagai Sri Lanka masa kini. Kerajaan Alengka dikenal sebagai kerajaan yang sangat makmur dan kaya, karena banyak bangunan yang terbuat dari emas. Bahkan di jaman Raja Rahwana, dia membuat penduduknya begitu sejahtera.
Rahwana dikenal sebagai sosok setengah brahmana karena ayahnya seorang resi, namun juga raksasa karena ibunya berasal dari dunia atas. Walaupun Rahwana dikenal sebagai pemuja Brahma pada saat muda, dan menjadi pemuja Siwa setelah menjadi raja, ternyata kehidupan religiusnya tidak membawanya menjadi baik adanya. Keserakahan melanda hatinya.
Walau telah memiliki istri sebanyak Raja Sulaiman, dia tetap berkeinginan mempersunting Dewi Sinta, yang kemudian diculiknya. Hal ini mengantarkannya peperangan dengan Sri Rama. Raja Raksasa Rahwana akhirnya mati karena keserakahannya.
***
Syekh Yusuf al-Makassary, seorang pejuang yang dicintai rakyat Sulawesi Selatan. Ia dijuluki Tuanta Salamaka ri Gowa (tuan penyelamat dari Gowa). Beliau melanglang buana untuk belajar sampai ke Banten (sehingga dikenal juga sebagai al-Bantani), belajar kepada Nuruddin ar-Raniry di Aceh, bahkan sampai Yaman dan Damaskus.
Selain belajar sampai seantero dunia, dia juga diasingkan dan terus berjuang sampai di berbagai belahan bumi. Meninggal dan dikuburkan di Cape Town, South Africa. Walau pengikutnya juga meyakini beliau dimakamkan di tanah lahirnya, Gowa.
Pada jaman VOC, beliau terus berjuang mengusir penjajah. Pasca jatuhnya Benteng Ujung Pandang pada 1667 oleh pasukan bayaran Belanda dan takluknya Sultan Hasanuddin, beliau bertolak ke Banten dan jadi mufti Kesultanan. Disana beliau ditangkap pada 1682 dan akhirnya dibuang ke Sailan, sebuah pulau di Selatan India.
Di waktu kemudian Pulau ini dihuni oleh banyak suku bangsa.
***
Sailan adalah sebuah pulau yang luasnya kurang lebih 65 ribu kilo meter persegi, yang terletak di sebelah selatan menenggara dari daratan India. Letaknya yang berada di Samudera Hindia, menyebabkan ia dikenal sebagai Jewel of Hindia Oceans. Sailan (Ceylon) dikenal sekarang sebagai Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka.
Setelah diduduki Portugis sejak 1505 sampai 1658, kemudian oleh Belanda mulai 1658 sampai 1796, daerah ini menjadi daerah pembuangan tokoh politik negeri jajahan. Fase selanjutnya dijajah Inggris, sampai akhirnya berstatus dominion pada 1948 dan menjadi republik pada 1972.
Alengka dengan segala kemegahannya kemudian berevolusi menjadi Sailan yang diperebutkan banyak imperium kolonial. Kekayaan alamnya menarik minat siapa pun yang datang. Walau tidak seberapa luas, namun Sri Lanka memiliki banyak sumber air tawar berupa air terjun. Hal ini membuat pasokan irigasi dan pembangkit listrik terpenuhi.
Di pantai barat yang menghadap daratan India, terdapat banyak kota penting. Colombo adalah salah satu kota niaga dan pusat ekonomi di sana. Setelah ibukota tidak lagi di Colombo, maka pusat pemerintahan dipindahkan ke sebuah wilayah di perbatasan Colombo yang bernama Sri Jayawardenapura Kotte. Salah satu kota di pantai barat tersebut yang cukup terkenal adalah Negombo.
NEGOMBO DI PANTAI BARAT
Negombo adalah sebuah Kota yang juga menghadap ke selat Mannar, yang memisahkan India dan Sri Lanka. Letaknya berada di sebelah utara Colombo. Kota ini dikenal sebagai kawasan tourisme karena selain dekat dengan bandar udara Bandaranaike, juga banyak terdapat situs-situs yang menarik dikunjungi.
Sri Lanka dikenal sebagai negara yang mayoritas penganut Buddha, selain itu ada Hindu dan Muslim di nomor 2 dan 3. Namun Negombo dikenal sebagai daerah mayoritas penganut Katholik Roma. Ini terlihat dengan banyaknya gereja Katholik Roma dan patung orang-orang suci di seluruh sudut kota, bahkan di gerbang gang-gang kecil.
Salah satu gereja yang kami kunjungi adalah Gereja Santa Maria yang dibangun oleh J. B. Vistarini seorang Domestic Chaplain yang bekerja selama 38 tahun sepanjang 1857 sampai 1895. Beliau bekerja untuk orang-orang miskin dan orang-orang sakit pada masa itu. Patungnya dibangun di halaman gereja sebagai penghargaan untuknya.
Gereja lainnya menggambarkan Bunda Maria sebagai pelindung kapal-kapal yang sementara berlayar atau menangkap ikan di laut. Patung Maria di depan gereja menghadap laut, dengan menggenggam kapal layar di tangannya. Gereja ini sangat dekat dengan laut, sehingga tiap kali nelayan akan atau pulang melaut mereka menambatkan perahu mereka di depan gereja dan berdoa atau sekedar menyalakan lilin.
Di setiap pasar penjualan ikan ataupun persimpangan jalan, hampir selalu terdapat patung orang kudus. Betapa tingginya tingkat toleransi hingga sebuah negara mayoritas Buddha mengijinkan ekspresi keagamaan lain juga mewarnai negeri ini.
Dalam tradisi gereja di Asia Selatan, pada abad pertama masehi, Rasul Tomas sudah menjamah daerah ini. Hal ini dilanjutkan oleh Gereja Persia pada abad ke-6 sampai ke Sri Lanka. Mereka bermukim di pesisir pantai pulau ini. Namun peningkatan populasi Kristen terjadi setelah pendudukan Portugis yang membawa Katholik Roma, juga Belanda yang membonceng Zending Protestan serta Inggris yang merupakan penganut Anglikan.
Selain jejak-jejak religius, jejak kolonial juga masih dapat kita lihat. Supir tuktuk/ bajaj yang membawa kami, juga memperlihatkan sebuah benteng Belanda di dekat sebuah penjara lokal. Bekas benteng tersebut berangka tahun 1678. Selain itu Belanda juga membuat kanal yang panjang dari bibir pantai sampai ke tengah kota.
Konstruksi ini dibuat untuk memobilisasi orang dan barang langsung ke tengah kota dengan perahu-perahu kecil. Seperti penataan kota di Netherland yang dibangun di atas air. Masih banyak lagi peninggalan Belanda di masa kolonialnya termasuk jejak-jejak pembuangan tokoh-tokoh lokal di Indonesia ke Sri Lanka.
MALAY MUSLIM
Bukan hanya Syekh Yusuf yang dibuang ke Sri Lanka, tapi banyak lagi tokoh dari Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia yg dibuang ke sini. Mereka membentuk komunitas-komunitas dan mendirikan masjid. Mereka kemudian menjadi salah satu etnis yang dikenal sebagai Malay Muslim.
Resimen Melayu yang dibentuk Belanda di masa lalu dan ditempatkan di Sri Lanka juga menjadi salah satu komunitas besar. Mereka membangun Malay Military Mosque di Java Lane, di daerah yang disebut Slave Island. Ada 2 jenis orang Melayu yang hidup di Sri Lanka. Yaitu Resimen Melayu yang kebanyakan bersembahyang di Java Lane, dan orang Priman (freeman/ orang sipil) yang mendirikan masjid Wekande.
UMAT BERAGAMA DI SRI LANKA
Kehidupan umat beragama di Sri Lanka cukup toleran. Ini terlihat dengan ragamnya penganut agama yang secara bebas dapat mengekspresikan keyakinannya. Pada 2008 Sri Lanka menempati urutan ketiga dalam survei Gallup sebagai negeri paling relijius. Di banyak sudut kita dapat melihat patung Buddha ataupun Bunda Maria, selain itu juga tidak jarang ditemukan masjid maupun kuil Hindu.
Agama Buddha mazhab Theravada memang menjadi agama mayoritas di Sri Lanka yang banyak dianut etnis Sinhala. Jumlahnya mencapai 69% populasi. Sedangkan etnis Tamil mayoritas menganut agama Hindu yang jumlahnya 15%. Di masa lalu terjadi konflik antara etnis Sinhala dengan etnis Tamil. Sebuah milisi minoritas Tamil yang dikenal sebagai Macan Tamil melakukan pemberontakan sampai terjadinya kesepakatan damai di tahun 2009.
Islam dianut beberapa etnis yang populasinya mencapai 1,7 juta jiwa. Etnis-etnis tersebut antara lain Moors (Arab), Melayu, dan Gujarat. Sedangkan Kristen (Katholik dan Protestan) hanya sekitar 7 persen yang berasal dari etnis Sinhala, Tamil India, Burgher (campuran Eropa), dan lain-lain.
MACAN TAMIL
Macan Tamil adalah sebuah organisasi pemberontak yang menginginkan berdirinya sebuah negara Tamil di bagian timur laut Sri Lanka. Di wilayah ini memang bermukim mayoritas warga Tamil yang semakin banyak jumlahnya saat kolonial Inggris memobilisasi mereka dari India Selatan pada 1830-an sebagai pekerja perkebunan. Kedekatan mereka dengan pemerintah kolonial Inggris akhirnya membuat adanya ketimpangan kelas antara masyarakat jajahan Sinhala dan Tamil.
Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Inggris membuat etnis Tamil lebih maju dan banyak mengisi posisi fungsional strategis di sisi kolonial Inggris. Ini menimbulkan kecemburuan sosial oleh etnis mayoritas Sinhala, selain karena perbedaan agama. Pasca kemerdekaan diberikan pada 1948 dengan status dominion, keadaan berbalik. Mayoritas Sinhala yang memerintah dengan berusaha menghilangkan eksistensi Tamil.
Ini karena dendam masa lalu yang belum padam. Pemerintah Sinhala di awal kemerdekaan ingin menjadikan Sri Lanka sebagai negara Buddhis. Inilah yang membuat rasa diskriminatif oleh minoritas Tamil, menjadi keinginan memisahkan diri di wilayah timur laut.
Sejak munculnya berbagai gerakan protes di awal 70 an, pemerintah Sri Lanka sebenarnya sudah mulai toleran terhadap perbedaan etnis dan agama. Namun pada tahun 1976, empat tahun setelah menjadi republik, berdirilah Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE/ Macan Tamil).
Organisasi ini bertanggung jawab atas aksi-aksi teror dan eksploitasi anak-anak sebagai tentara. Total korban tewas sampai bubarnya organisasi ini tahun 2009, mencapai ratusan ribu jiwa. Setelah pemimpinnya, Velupillai Prabhakaran, ditemukan tewas maka berakhir pula aksi organisasi ini.
Jejak etnis Tamil tidak hanya di India atau di Sri Lanka. Di Indonesia, khususnya di Medan juga populasinya mencapai 40 ribu jiwa. Ini sangat mewarnai keragaman Hindu di Indonesia. Praktik keagamaannya sangat berbeda dengan Hindu Bali. Kesemuanya itu perlu terus dijaga agar setiap manusia dapat hidup dengan tenang, khususnya dalam berkeyakinan.
Begitu pula dengan agama-agama lokal lainnya di Indonesia penting untuk dijaga kelestariannya. Perjuangan penganut Sunda Wiwitan, Parmalim, Kaharingan, Aluk Todolo dan sebagainya, untuk mendapatkan rekognisi, perlu didukung. Ini menunjukkan kebesaran dan kekayaan bangsa Indonesia. Kehidupan religius bangsa Indonesia harus membawa kita pada kesalehan sosial, tidak hanya kesalehan ritual. Kehidupan religius ini jangan justru membuat kita menjadi jahat seperti Rahwana yang religius namun serakah.
Sungguh menyenangkan bisa berada di negara ini. Berharap suatu saat bisa kembali lagi! Ayubowan..
Alan Singkali
