Cerita Kita - Serangga memiliki beragam mekanisme pertahanan diri yang unik, namun sedikit yang “se-spektakuler” seperti kumbang bombardier.
Nama “bombardier” menggambarkan kemampuannya, yakni kemampuan untuk dapat menyemprotkan ledakan kecil dengan suara letupan sebagai pertahanan diri.
Mengenal Kumbang Bombardier
Kumbang bombardier bukanlah nama untuk satu spesies tunggal, tetapi sebuah kelompok yang mencakup lebih dari 600 spesies yang tergabung dalam subfamili Brachininae (famili Carabidae atau kumbang tanah).
Dua genus yang paling terkenal adalah Brachinus dan Pheropsophus. Seperti halnya banyak serangga lokal, nama "kumbang bombardier" adalah sebutan internasional.
Di berbagai daerah di Indonesia, serangga ini mungkin tidak memiliki nama lokal yang spesifik dan umumnya hanya disebut sebagai salah satu jenis "kumbang tanah" atau "kumbang cecara" karena kemiripannya dengan kumbang tanah lainnya.
Klasifikasi ilmiahnya adalah sebagai berikut: Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Carabidae, dan Subfamili Brachininae.
Penampilannya Tak Mencolok
Kumbang bombardier ternyata punya penampilan yang tidak mencolok. Ukurannya bervariasi, umumnya antara 1 hingga 2,5 cm. Tubuhnya biasanya keras, dengan warna yang cenderung gelap seperti hitam atau coklat tua, seringkali dengan pola metalik atau kemerahan pada beberapa spesies.
Seperti kumbang tanah pada umumnya, mereka memiliki sepasang sayap depan yang mengeras (elytra) yang menutupi sayap belakang yang digunakan untuk terbang.
Kumbang bombardier adalah predator nokturnal yang memakan serangga kecil dan hewan invertebrata lainnya. Mereka aktif berburu di malam hari, sementara pada siang hari mereka bersembunyi di bawah bebatuan, kayu lapuk, atau dedaunan.
Perilaku yang paling terkenal, tentu saja, adalah mekanisme pertahanannya. Ketika merasa terancam oleh pemangsa seperti katak, laba-laba, atau semut, kumbang ini tidak melarikan diri atau bersembunyi.
Sebaliknya, ia mengarahkan ujung abdomennya ke arah sang pengganggu dan melepaskan semprotan kimia yang berbahaya.
Bisa Membuat "Ledakan"
Mekanisme pertahanan kumbang bombardier adalah sebuah keajaiban rekayasa kimia dan termodinamika. Sistem ini melibatkan dua kelenjar terpisah di ujung abdomennya. Satu kelenjar menghasilkan larutan hidrokuinon, dan yang lainnya menghasilkan larutan hidrogen peroksida (H₂O₂).
Kedua bahan kimia ini disimpan di dalam ruang penyimpanan yang terpisah. Ketika kumbang merasa terancam, ia membuka katup yang memungkinkan kedua bahan kimia tersebut mengalir ke dalam sebuah ruang reaksi yang dilapisi dengan enzim katalase dan peroksidase.
Begitu campuran ini memasuki ruang reaksi, reaksi kimia eksotermik yang sangat cepat terjadi. Enzim katalase dengan cepat memecah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Sementara itu, enzim peroksidase mengoksidasi hidrokuinon menjadi kuinon.
Reaksi ini melepaskan sejumlah besar energi panas, mendidihkan campuran tersebut dan menghasilkan tekanan tinggi.
Campuran kimia yang kini bersifat kaustik (terdiri dari kuinon yang mengiritasi) kemudian disemprotkan keluar melalui sebuah "nozzle" atau lubang di ujung abdomen.
Semprotan ini terjadi secara pulsasi (berdenyut) yang cepat, hingga 500-1000 pulsa per detik, menghasilkan suara "letupan" kecil dan asap. Semprotan ini dapat mencapai suhu mendekati 100°C dan diarahkan dengan akurat ke arah sang predator.
Efeknya terhadap pemangsa sangat efektif; semprotan kimia yang panas dan beracun ini dapat menyebabkan luka bakar, iritasi parah, dan bahkan kematian pada serangga kecil.
Bagi predator yang lebih besar seperti katak, pengalaman ini sangat traumatis sehingga mereka akan belajar untuk menghindari kumbang bombardier di kemudian hari.
Hampir Ada di Setiap Benua
Kumbang bombardier memiliki persebaran yang global. Mereka dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Habitat mereka sangat beragam, tetapi umumnya mereka menyukai lingkungan yang lembap dan terlindung.
Mereka sering ditemukan di bawah tumpukan daun, kayu yang membusuk, di sepanjang tepi sungai, di gua-gua kecil, atau di area berumput. Mereka adalah bagian penting dari ekosistem tanah, berperan sebagai pengendali populasi serangga lainnya.
Di Indonesia, keberadaan kumbang bombardier telah tercatat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Treubia pada tahun 2012, berjudul "The Ground Beetles (Coleoptera: Carabidae) of Indonesia: A Review of the Current Knowledge and the New Species Descriptions," menjelaskan bahwa famili Carabidae, termasuk subfamili Brachininae, memiliki keanekaragaman yang tinggi di kepulauan Indonesia.
Spesies dari genus Pheropsophus dilaporkan dapat ditemukan di habitat hutan dataran rendah hingga pegunungan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Meskipun tidak selalu mudah dilihat karena aktivitasnya yang nokturnal dan ukurannya yang kecil, kumbang bombardier merupakan komponen fauna Indonesia yang menarik dan penting untuk dilestarikan.
Referensi:
- Anichtchenko, A. (ed.). Carabidae of the World. Diakses dari https://carabidae.org/.
- Eisner, T., Aneshansley, D. J., & Eisner, M. (2000). "Spray aiming in the bombardier beetle: Photographic evidence. "Proceedings of the National Academy of Sciences, 97(6), 2623-2627.
- Erwin, T. L. (2012). "The Ground Beetles (Coleoptera: Carabidae) of Indonesia: A Review of the Current Knowledge and the New Species Descriptions." Treubia, 39, 41-58.
- National Geographic. "Bombardier Beetle." National Geographic Society.
Firdarainy Nuril Izzah
