-->

Breaking

logo

Selasa, 11 Agustus 2020

Fakta di Balik Al-Qur'an Kuno di Cilacap Peninggalan Perang Jawa

Fakta di Balik Al-Qur'an Kuno di Cilacap Peninggalan Perang Jawa

Al Qur'an Kuno di Cilacap. © Liputan6

Cerita Kita -  Sebuah keluarga di Cilacap menyimpan peninggalan Al-Qur’an kuno berusia ratusan tahun. Karena dimakan usia, banyak lembaran kertas yang telah rusak.

Namun banyak pula lembaran-lembarannya yang masih utuh karena dilindungi semacam anyaman bambu kecil yang kuat. Diyakini, Al-Qur’an itu merupakan peninggalan Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan nama Perang Jawa.

Dilansir dari Liputan6.com, penyimpan Al-Qur’an kuno itu adalah keluarga KH DR Fathul Amin Aziz, pimpinan Yayasan Elbayan. Sebuah yayasan yang menaungi sejumlah pesantren hingga perguruan tinggi di Cilacap.

Berbeda dengan Al-Qur’an zaman modern yang dicetak dengan mesin, Al-Qur’an kuno itu ditulis dengan tangan. Karena khawatir rusak, Al-Qur’an ini jarang dibuka. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh membuka peninggalan bersejarah ini.

Keberadaan Al-Qur’an ini mengungkap sebuah kisah tersembunyi yang tak pernah diceritakan literatur sejarah. Terutama kisah setelah meletusnya peristiwa Perang Jawa 1825-1830.

Ditulis Usai Perang Jawa

Sebenarnya, tak diketahui dengan jelas siapa sebenarnya penulis Al-Qur’an ini dan kapan pula tahun penulisannya. Hanya saja, keluarga KH Amin Aziz menduga kalau salah satu pewaris peninggalan itu adalah KH Nur Jalin, yang kini menjadi nama yayasan pendidikan di Cilacap.

Menurut Amin Aziz, Al-Qur’an itu diwariskan secara turun temurun oleh bapak, kakek, kakek buyut, kakek canggah, hingga leluhur-leluhur sebelumnya. Selain itu, diduga kuat kalau benda pustaka itu ditulis usai meletusnya Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan nama Perang Jawa.

Diwariskan Secara Turun Temurun

Amin Aziz mengatakan telah melakukan penelusuran terhadap asal usul Al Qur’an melalui berbagai petunjuk yang ada. Pada salah satu lembaran, terdapat angka Arab bertuliskan Bulan Rajab 1294 Hijriah. Bila dikonversikan, saat itu merupakan tahun 1973 Masehi. 

Selain itu ada pula petunjuk kalau Al Qur’an tersebut ditulis oleh seorang ulama bernama Kiai Nur Jalin. Kiai Nur Jalin sendiri merupakan anak dari Kiai Nur Zein dan juga cucu dari Kiai Muhammad Nur Saleh.

Karena tidak memiliki keturunan, Kiai Nur Jalin mewariskan peninggalan itu pada saudara kandungnya atau kakek canggah Amin Aziz, Kiai Muhammad Nur Kandar.

Dari Kiai Nur Kandar, Al Qur’an itu diwariskan kepada KH Muhammad Sayuti, dan darinya peninggalan itu diwariskan kepada ayah Amin Aziz, KH Muhammad Muslim.

“Jadi yang sekarang ini adalah genarasi keenam,” ungkap Amin Aziz.

Kisah Kiai Nur Saleh

Kakek Kiai Nur Jalin, Kiai Nur Saleh, diyakini masih memiliki nasab hingga Kesultanan Mataram dan dikenal memiliki ilmu yang dalam. Dia sendiri merupakan salah satu punggawa Perang Jawa, yang juga menemani Pangeran Diponegoro saat dibuang ke Sulawesi. 

Karena alasan yang kuat, dia kembali ke tanah Jawa setelah bertahun-tahun diasingkan. Setelah itu, dia meneruskan perjuangan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dikutip dari Liputan6.com, nama Kiai Nur Saleh memang tidak ditemukan. Tetapi hal itu terjadi karena pergerakannya usai Perang Diponegoro memang dirahasiakan. Bahkan, jejak-jejak kepahlawanannya sendiri masih ditutup-tutupi oleh anak keturunannya.

Masih Tertutup Tabir

Karena fakta itulah telah sekian tahun lamanya kisah kepahlawanan Kiai Nur Saleh masih tertutup tabir. Di satu sisi, keluarganya dikenal rendah hati walau ilmunya dalam. Namun di sisi lain, kerahasiaan itu diperlukan untuk menjamin keselamatan anak keturunan ulama itu.

“Saya mendapat cerita ini dari Mbah Sayuti (keturunan generasi ke-4 Kiai Nur Saleh). Sebenarnya ini tidak boleh diceritakan. Kecuali kalau keadaan sudah memungkinkan dan diperbolehkan pula oleh keturunannya,” kata KH Mahmud yang masih satu keluarga dengan KH Amin Aziz.

Kondisi Al-Quran Kini

Al Qur'an Kuno di Cilacap. © Liputan6

Dilansir dari Liputan6.com, Al Qur’an kuno itu sendiri ditulis dengan tinta asal Tiongkok yang memang dikenal awet hingga bertahun-tahun. Buktinya, huruf dalam Al Qur’an itu masih mudah dibaca. Hanya saja di lembarannya sudah muncul jamur yang harus segera dibersihkan.

Kini, peninggalan sejarah itu disimpan oleh adik bungsu Amin Aziz yang kebetulan tinggal di rumah utama keluarga itu. Diyakini, perlu keahlian khusus untuk membersihkan jamur peninggalan kuno yang menjadi saksi bisu sejarah panjang perjuangan bangsa itu.