-->

Breaking

logo

Selasa, 17 April 2018

Kematian yang Mengejutkan

Kematian yang Mengejutkan

Pemakaman orang Eropa di Tanah Abang dengan patung pastur Van der Grinten, kini dikenal dengan Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat. Litografi karya Jhr. J.C. Rappard Schilder. Foto: wikimedia.org.
Cerita Kita - Kemenangan menaklukkan Jawa tak dirasakan John C. Leyden. Sesuai dengan hasrat dan keingintahuannya yang besar, Leyden tidak tahan untuk menjelajahi Batavia. Dia berjalan di sekitar Cilincing dan menemukan sebuah gedung tertutup yang dianggapnya menyimpan naskah-naskah orientalis. Dia masuk. “Ketika meningalkan ruangan itu, dia menggigil dan sakit, gejala demam yang mematikan,” tulis Hannigan.

Setelah tiga hari sakit, pada 28 Agustus 1811, dia meninggal dunia di pangkuan Raffles, sahabatnya. Rencana Raffles dan Leyden untuk bersama-sama meneliti kehidupan Jawa langsung pupus. “Dia tentu mengharapkan Leyden bersama dengannya sebagai mitra kreatif untuk seluruh proyek besar (di Jawa) mendatang,” tulis Hannigan.

Lord Minto memberikan pidato penghormatan kepada Leyden. Walter Scott, teman penyairnya, membuat sebuah puisi khusus untuknya berjudul The Lord of Isles. Menurut Hannigan, puisi itu berisi kepahlawanan Robert The Bruce, prajurit yang memimpin pembebasan Skotlandia atas Inggris dan kemudian diangkat jadi raja. Nama Leyden muncul dalam bait kesebelas bagian keempat. Bait tersebut diabadikan dalam nisan Leyden di Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat.

Gerak pasukan Inggris sendiri tak terbendung lagi. Setelah melawan sebisanya, Gubernur Jenderal Hindia Timur Jan Willem Janssens menandatangani penyerahan kepada Inggris pada 18 September 1811. Rezim Prancis di Jawa pun berakhir untuk selamanya. Raffles kemudian diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa.

Namun, Lilie Suratminto, dosen Sastra Belanda Universitas Indonesia, curiga Leyden bukan mati karena malaria. “Kalau malaria biasanya rada lama, dua atau tiga minggu,” kata Lilie.

Meski belum ada bukti kuat, Lilie curiga Leyden dibunuh Raffles. Bagi Lilie, Raffles adalah orang yang ambisius. Hubungan Leyden dengan Lord Minto merupakan hal buruk bagi Raffles. “Mungkin ada ketakutan dalam diri Raffles bahwa jabatannya akan diambil oleh Leyden. Leyden kan dekat dengan Lord Minto,” kata Lilie. Namun Lilie tak menyinggung kedekatan hubungan Leyden dengan Olivia sebagai motif lainnya.

Yang pasti, Raffles tak mengabaikan pengaruh besar Leyden pada dirinya. Dalam pengantar bukunya, History of Java, yang ditulisnya saat menjadi penguasa Jawa, Raffles menulis: “Ada seseorang (J.C. Leyden, yang menemani selama ekspedisi ke Batavia pada 1811 dan meninggal di pangkuan saya beberapa hari setelah pendaratan pasukan Inggris) yang sangat berjasa bagi diri saya dalam persahabatan maupun perhatian, yang selama hidupnya menambal kekurangan dalam kerja yang tidak sempurna yang sekarang dapat dinikmati publik.”

Sebagai bentuk penghormatan lainnya, Raffles tak membiarkan Leyden sendirian di Taman Prasasti. Dia menguburkan jasad Olivia, istrinya, di samping makam Leyden. Sebuah permintaan yang diajukan Olivia menjelang kematiannya. Sebuah misteri yang belum terjawab. (Historia)