-->

Breaking

logo

Rabu, 10 September 2014

Do'a

Do'a


Manusia sejatinya itu harus yang patuh pada Tuhan-nya. Berdoa dalam kerendahan hati nan rela, pasrah tanpa daya atas Kuasa-Nya, tunduk pada Kehendak-Nya dan taat pada Perintah-Nya.

Kini celakanya manusia menjadi bisa lebih berkuasa serta bisa mengatur Tuhan akan maunya dalam doa, mendesak Sang Maha Kuasa agar Tuhan tunduk untuk memenuhi kehendaknya akan sebuah kerinduan bercumbu dengan penciptanya, manusia berdoa. Datang ke hadapan Tuhan dalam ketaatan untuk memohon ampun atas segala kesalahan. Dalam linangan air mata penyesalan dan bahagia. Dalam senyuman karena dapat memeluk-Nya oleh sebuah kepatuhan.

Dalam kerendahan hati meninggikan Tuhan dengan puji-puji yang berkepanjangan dan tiada habisnya. Dalam diam tertunduk memasrahkan segalanya akan kehendak-Nya. Sebab percaya yang tiada duanya. Sebuah keyakinan tanpa perlu memertanyakan lagi akan kekuasaan-Nya.

Ikhlas menerima apa pun yang terjadi.
Kesenangan dan kemalangan yang datang tiada disesali. Apa pun tiada melelahkan dalam kemalasan akan perintah-Nya. Bagaikan prajurit yang tidak pernah membantah perintah panglimanya.

Sejatinya manusia tak akan memberdayakan dirinya untuk menentang perintah dan kuasa Sang Penciptanya. Tak sedikit pun ragu akan
takdir kehidupan ini.

Tetapi kepintaran otak manusia tak jarang memerdaya dirinya sendiri. Dalam keangkuhannya tiimbul keinginan untuk merasa lebih berkuasaa. Menciptakan Tuhan dalam
pikirannya, sehingga Tuhan bisa didefinisikan sesuai kehendaknya. Bisa diatur sebagaimana kemauannya.

Bahkan dalam kepintaran dan keangkuhan yang semakin merajalela manusia tak ragu lagi memperbudak Tuhan demi untuk memenuhi segala keinginannya.

Doa-doa yang sejatinya indah terucap di bibir karena berasal dari hati yang tulus dan penuh kerendahan hati serta keinsyafan nurani, kini berganti dengan doa-doa yang mendesak dan
kata-kata arogan. Doa berubah menjadi
bagaikan perintah atas pada bawahannya.