-->

Breaking

logo

Sabtu, 27 Juli 2013

Sebuah Pahatan Tanya

Sebuah Pahatan Tanya


Setelah apa yang terjadi, apakah kau masih berhak untuk menanyakan kabarku bahkan mendoakanku bahagia ? Mendung saja butuh waktu agar pekatnya memudar.
Kau mungkin bisa saja begitu mudah memutuskan temali rasa yang pernah kita pintal, semudah tajamnya gunting mengunting lipatan kertas.
Setelah waktu itu yang kubutuhkan hanya sebuah waktu yang tanpamu..satu ruang hampa kenangan apapun tentangmu.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan jiwa yang kering ini !
Sejauh mana kau dan aku sekarang ? Apakah sejauh matahari dengan pluto, atau sejauh cakrawala dengan bumi yang kita pijak ?
Jarak ini sebenarnya sangat dekat, bahkan begitu dekat. Namun mengapa getaran menggebu yang dulu aku puja sepertinya beringsut pergi.
Perlahan memudar laksana kabut tersapu angin. Sudah begitu jauhkah jarak yang terbentang antara kita, padahal mata kita masih begitu jelas bersitatap muka.
Kini kita seperti Romeo dan Juliet yang tak saling merindukan, padahal lidah kerap berontak ingin saling bertegursapa.
Betapa aku tersiksa oleh perasaan ini, tapi apalah aku di hadapanmu. Aku lelah seharian menebar senyum sementara mataku sudah berkabut.
Hingga kutulis sebuah puisi bentuk curahan hati yang kutoreh dengan ditemani pendar cahaya kunang-kunang.
Kunang-kunang murung melemah
Mengurungkan pendarnya
Bintang-bintang gundah, melemas
Mengurungkan kerlipnya
Aku yang terkurung rindu
Meremas sepi tanpa harap
Dan perlahan namun pasti, raga mulai merunduk
Menyatu dengan asa yang meregang
Ini bukan tentang bagaimana melupakanmu, namun ini tentang bagaimana melepaskanmu dengan ringan dan tegar