Hawa dingin dataran tinggi Dieng membuat perut jadi sering lapar, terlebih setelah letih menyusuri sejumlah wisata alam yang ada di sana. Menyantap tempe kemul adalah pilihan yang tepat, apalagi di sekitar pegunungan Dieng, Wonosobo, banyak dijumpai penjaja camilan tersebut.
Barangkali kata 'kemul' dipakai untuk menyesuaikan dinginnya suhu di
daerah tersebut. Dalam bahasa Jawa, 'kemul' berarti selimut. Jadi bisa
dianalogikan sebagai tempe berselimut, lantaran hawa Dieng yang brrrr dingin!
Sering kali orang salah kaprah menyamakan antara tempe mendoan dengan
tempe kemul. Padahal keduanya berbeda. Mendoan terbuat dari tempe yang
dibungkus daun dan dicelupkan ke adonan tepung beras dengan sedikit
tapioka. Sedangkan tempe kemul biasanya terbuat dari tempe berbungkus
plastik yang diiris tipis, kemudian dicelupkan kedalam adonan terigu.
Bumbunya pun berbeda, jika tempe mendoan menggunakan ketumbar, sedangkan
tempe kemul tidak.
Tempe goreng bertepung tebal ini umumnya disuguhkan dalam keadaan
panas dan disajikan dengan sambal kecap. Kangen dengan tempe kemul khas
Dieng? Goreng saja camilan kriuk-kriuk yang tetap nikmat disantap saat suhu panas di musim kemarau seperti sekarang ini.
Bahan:
200 ml santan
30 gr tepung tapioka
35 gr kucai, diiris kasar
300 gr tempe diiris jadi 12 potong
75 gr tepung terigu
Minyak goreng
Bumbu halus:
1 sdt garam
1 sdt ketumbar
2 sdm irisan bawang putih
5 butir kemiri
½ sdm irisan kencur
½ sdt irisan kunyit
Cara membuat:
Campur tepung tapioka, terigu, dan santan, serta bumbu yang dihaluskan, aduk rata.
Masukkan irisan kucai dalam adonan tersebut, aduk rata.
Celupkan irisan tempe ke dalam adonan tepung.
Goreng dengan minyak banyak sampai kuning kecoklatan.angkat.
Hidangkan.Untuk : 12 potong
1 potong : 90 Kalori
Catatan: Ada rahasia khusus agar menjadikan rasa tempe kemul menjadi
spesial yaitu tepungnya harus pati singkong yang masih basah.
