-->

Breaking

logo

Senin, 01 Oktober 2012

Bharatayuda dalam Persepakbolaan Tanah Air

Bharatayuda dalam Persepakbolaan Tanah Air


Bharatayuda
Kisah perang saudara dalam cerita pewayangan Mahabarata, perang yang terjadi akibat perebutan kekuasaan negara astina, yang sebenarnya adalah hak pandawa, namun kurawa ingin tetap mempertahankanya, dan tidak ingin menyerahkan Astina dengan segala kemewahan yang didapat dari pendahulunya Destarata, kepada yangg berhak yaitu pandawa. 

Jika melihat situasi sepak bola negeri ini, Ada satu lakon wayang yg menarik, yang menurut saya, sedikit mirip antara Bharatayuda dan persepakbolaan dinegeri kita, yaitu KARNA TANDING, karna yang sesungguhnya masih saudara satu ibu dengan Pandawa, tapi dia di usir oleh ibunya karena telah melakukan kesalahan sehingga membuat sang ibu marah lantas mengusirnya. Tanpa sepengetahuan ibunya, ternyata Karna pergi ke ASTINA sebagai panglima perang. Dengan bersembunyi Karna meminta ijin untuk meminta restu kepada ibunya Dewi Kunthi untuk berperang, namun ibunya tidak merestui karena perang yang akan dipimpin Karna di Ngastina akan melawan AMARTA tidak lain akan melawan adiknya sendiri., dan akhirnya pun karna gugur sebagai pahlawan kurawa..

Tak jauh beda dengan perebutan kekuasaan persepakbolaan kita. Antara yang hak diwakili oleh PSSI DA sah secara hukum dimata AFC dan FIFA dengan KPSI yang tak ingin melepas begitu saja segala kenyamanan dan kemudahan yang didapat dari pendahulunya NH. Jika dalam wayang ada Karna dan Pandawa yang masih saudara satu ibu, hal yang sama ada juga dalam kisah persepakbolaan negri kita.

ISLdan IPL yang sebenarnya masih satu ibu dengan PSSI, ISL anak PSSI dari NH, IPL anak PSSI dari DA, bersaing berebut suporter negri kita. ISL ikut PT.LI sang penguasa KPSI, Sedangkan IPL bersama sang ibu PSSI.

Ketika sang ibu PSSI sadar atas kesalahanya, telah membuang dan tidak mengakui ISL sebagai anak,
sang ibu PSSI mengajak dan memanggil pemain ISL untuk kembali bersatu berkumpul bersama saudara saudaranya dari IPL dalam Timnas. Namun, sang anak ISL terlanjur sakit hati, dan menolak ajakan sang ibu PSSI dan menerima ajakan KPSI untuk membentuk Timnas TRG dibawah bendera KPSI.

TRG sangat senang hatinya.,disamping lima juta rupiah / hari yang didapat, TRG juga sangat senang dilatih oleh DURNA al RIEDL yang sakti mandra guna dan merasa bahagia karena dapat membalas budi KPSI yang telah menampung dan merawat ISL ketika dibuang oleh sang ibu PSSI dan PT.LI sehingga mampu mengangkat derajatnya.
 
Walau pada akhirnya kalah dan mati (kalah legalitas dan hilang karena disatukan kongres yang akan datang), perangpun terjadi, KPSI dan LI dengan segala kekuatan yang masih tersisa terus menggempur PSSI yang hanya bertahan dibawah Tameng kelegalannya.

Sambil mengharap kemenangan dalam kongres mendatang, menarik dinanti, akkhir cerita Bharatayuda persepakbolaan negeri kita ini, semoga perang dalam bentuk kongres mendatanglah yang akan mampu mengakhiri masalah yang tak kunjung pelik di dunia persepakbolaan tanah air.

Apapun hasilnya nanti, semoga bisa memajukan persepakbolaan tanah air.