Rasa prihatin kian hari kian menggunung saat menyaksikan polah
muda-mudi generasi bangsa ini. Memang masih banyak yang bisa
dibanggakan dan diharapkan untuk bisa menjadi penerus negeri ini.
Tetapi tidak sedikit yang menyedihkan. Pergaulan yang sudah begitu
bebasnya dengan difasilitasi perkembangan teknologi, menjadikan
generasi muda negeri ini seperti kehilangan pijakan. Filter yang sejak
lama dibangun oleh generasi sebelumnya seolah telah robek karena arus
zaman.
Oh, sungguh memilukan. Para muda-mudi sudah begitu bebas tidak
terkontrol. Budaya malunya, terutama bagi perawan bahkan gadis bau kencur,
seolah bukan lagi sesuatu yang harus ada di dalam diri mereka.
Akibatnya, banyak para gadis yang kemudian bebas bercampur dengan lain
jenis mereka. Sayangnya pergaulan itu tidak diikat dengan norma dan
agama, sehingga kebebasan itu kemudian menjadi kebablasan.
Banyaknya gadis bau kencur yang sudah tidak lagi bisa mempertahankan
keperawanannya, banyaknya tindak aborsi di kalangan remaja putri,
maraknya kasus asusila oleh pelajar tingkat pertama, telah mencoreng
moreng negeri ini. Di manakah agama berperan? Ke mana saja pemerintah?
Pantas saja kemudian muncul anekdot seperti tergambar di bawah ini,
di mana
seorang bocah lelaki berdoa kepada Tuhannya. Dengan khusyuk dia berdoa
: Tuhan, sisakan perawan untuk generasi kami!”
Ketakutan dan kekhawatiran bocah kecil itu agaknya tidak berlebihan
mengingat sudah begitu
memprihatinkannya pergaulan para gadis belia.
Pantas kalau bocah kecil itu khawatir karena ketika dia besar nanti, di
mana dia akan menambatkan pilihannya pada seroang gadis yang akan
mendampinginya, bisa jadi dia akan kesulitan. Sebuah sindiran yang
sangat menohok, tidak saja untuk para gadis di negeri ini, tetapi
seluruh bagian dari bangsa ini.
