-->

Breaking

logo

Minggu, 18 Februari 2018

Borobudur, Jejak Kebesaran Nenek Moyang

Borobudur, Jejak Kebesaran Nenek Moyang


Cerita Kita - Lewat pengeras suara, petugas menghimbau wisatawan yang datang ke Candi Borobudur, di wilayah Magelang Jawa Tengah.

”Yang memakai celana pendek dan rok pendek, sebelum naik ke atas candi untuk memakai kain batik sarung terlebih dahulu, pemakainnya di pos sebelah kiri jalan dipinjami gratis, sebagai penghormatan kepada tempat peribadatan”

Borobudur, merupakan situs bersejarah peninggalan Wangsa Syailendra. Wisatawan yang akan menuju ke puncak candi, harus menaiki satu-persatu anak tangga.

Tidak hanya kewajiban menggunakan kain batik sarung, bagi pengunjung yang memakai celana pendek maupun rok pendek. Sesampainya di bagian atas candi, ada aturan khusus yang harus dipatuhi.

”Kami ucapkan selamat datang kepada pengunjung Candi Borobudur, perlu diketahui untuk di area stupa, pengunjung dilarang memanjat dan menduduki stupa, ataupun menyentuh patung Buddha di dalam stupa”

Berbagai larangan yang diterapkan itu, bukan tanpa alasan, namun untuk menjaga kesucian dan kelestarian, tempat ibadah Umat Buddha ini.

”Ukiran dan batu candi kalau sering dipanjat atau diduduki akan terkikis, kalau ada Umat Buddha beribadah di bawah kan kurang sopan, aturan diperketat pasca erupsi merapi, abu vulkanik sangat mempengaruhi batu candi,” ucap Toni, petugas keamanan Candi Borobudur, Minggu (18/2/2018).

Apa yang disampaikan Toni, memang benar adanya, namun terkadang, berbagai larangan itu seringkali dilanggar.

”Masih banyak yang melanggar, kurangnya kesadaran walau sudah dikasih tahu tapi masih banyak yang memanjat, selama ini masih sosialisasi karena masih banyak yang tidak tahu, kebanyakan yang sering naik wisatawan lokal,” lanjutnya.

Meski dibatasi berbagai aturan, tidak lantas mengurangi antusias pengunjung, menikmati keindahan dan kemegahan obyek wisata relijius ini. Salah satunya Uteh Buham, usia 40 tahun dari Sulawesi.

”Bagi saya aturan di sini (Borobudur, red) tidak masalah, justru menunjukkan keberagaman budaya dan agama di Indonesia, apalagi pakai sarung ini menujukkan keberagaman, ini luar biasa, saya sering ke Borobudur, apalagi penataannya sekarang sudah bagus,” terangnya.

Datangnya wisatawan menjadi ladang rejeki bagi masyarakat, yang tinggal di sekitar Candi Borobudur, seperti halnya para penyedia jasa foto bagi wisawatan.

”Sekarang ada kamera hape, apalagi tongsis jelas sangat berpengaruh terhadap pendapatan kami, tapi rejeki kan sudah diatur sama Tuhan,” ungkap Siswo Darmanto, salah satunya penyedia jasa foto sejak enam tahun terakhir.

Sebagai peninggalan bersejarah, Candi Borobudur menjadi mahakarya bernilai seni tinggi. Simbol kebanggaan Bangsa Indonesia dimata dunia internasional ini, wajib kita jaga dan rawat, agar bisa diwariskan kepada generasi mendatang.