Kita mulai dengan cerita. Riri dan Pebri sudah hampir empat tahun menikah. Di sini baru Riri merasakan kesepian ditinggal Pebri yang harus kerja ke luar kota. Lewat forum arisan mama-mama muda Riri kenal yang namanya alat bantu bernama dildo merek A sampai Z. Riri yang sudah biasa dengan macam-macam merek itu, jika Pebri nya pulang ke rumah, akan kesulitan mencari waktu bersama alat bantu itu dan akhirnya mereka terpaksa menerima nasib: ganti merek alat bantu. Pindah ke alat bantu asli milik Pebri karena hanya itu yang ada. Mau apa lagi kalau keadaan sudah seperti itu.
Pernah dengar mama-mama muda mengatakan alat bantu dildo dengan sebutan terong dan pisang? Mama-mama muda di komplek elit perumahan Maju juga lazim menyebutnya begitu. Sebutan terong untuk alat yang keras dan pisang untuk yang tidak keras.
Mama-mama muda di perumahan elit Maju lebih kenal alat bantu dan lebih menyukai tipe pisang. Saya yakin, sebagian dari kau yang baca tulisan ini belum pernah ke perumahan elit sana. Di sana papa-papanya sudah pada berumur, jarak umur suami dan istri rata-rata sepuluh tahun macam pasangan Hamish Daud-Raisa. Mau hangatkan badan apabila kesepian, alat bantu pisang jawabanya. Pisang ini sudah mendominasi, bahkan sudah mencuri hati mama-mama muda. Kayaknya perusahaan alat bantu pisang untung besar di perumahaan elit macam Maju. Apalagi rasanya bisa bervariasi bahkan ada rasa pisang asli disana.
Singkat kata, alat bantu ini memang digemari mama-mama muda. Bisa menguasai perumahan elit macam maju dengan produk-produk yang didukung oleh para pemuka agama dan budaya kalau zina atau selingkuh dengan manusia lain diluar pernikahan itu haram sehingga alat bantu menjadi idaman.
Buktinya? Alat bantu pisang yang hanya satu gulungan bisa dinikmati berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, walau jumlah pengisapnya satu sampai puas. Sementara satu pisang biasa alias asli diisap oleh dua sampai tiga orang dalam waktu kurang dari satu jam.
Soal alat bantu pisang yang cepat habis, ada satu lelucon komunitas arisan mama-mama muda perumahan maju tentang itu. Riri yang masih lugu dan baru 4 tahun menikah serta 1 tahun tinggal disana menjadi tuan rumah mama-mama muda komplek seperti Dewi dan Lina. Acara pun berlangsung pada permainan sejenis truth or dare.
Permainan ini menggunakan botol yang diputar untuk menentukan hukuman saat botol itu berhenti. Untuk menambah keasikan permainan juga memanfaatkan alat pengocok bekas arisan serta penutup mata. Giliran tiba pada Dewi lalu ketika Riri membuka kertas tersebutlah kata pisang. Kebiasaan mama muda arisan komplek menyatakan pisang yang dimaksud merupakan alat bantu namun apalah daya Riri yang masih lugu kemudian mengambil pisang beneran. Kebetulan ada sisa pisang dikulkas hanya ada satu batang.
"Siap ya bu Dewi. Nanti saya tuan rumah yang atur untuk sekali-kali isap", kata Riri
"Kamu hisap." Ia menaruh sebatang pisang itu ke mulut Dewi.
"Hisap lagi" seru Riri mengomando Dewi.
Semakin cepat.
"Hisap lagi... lagi, Ah ini pisang tinggal setengah kamu hisap sendiri" Seru Riri.
"Ah kurang ajar kau Riri, pisang betulan itu!"
Reza Nurrohman
