-->

Breaking

logo

Senin, 02 Juli 2012

Ketika Sepakbola Menunjukkan Keadilannya

Ketika Sepakbola Menunjukkan Keadilannya

Spanyol sukses menjuarai Piala Eropa 2012, sekaligus menjadi negara pertama yang berhasil mengawinkan gelar juara Euro back-to-back. Total dalam empat tahun terakhir mereka telah menyabet dua Piala Eropa dan sekali Piala Dunia. Inilah generasi emas sepak bola Negeri Matador sepanjang masa. Sebuah tim nasional yang telah menggoreskan namanya di tinta emas persepakbolaan dunia; dengan cara bermain tiki taka dan disempurnakan juga dengan gelar juara. Takdir telah menunjukkan Spanyol sebuah ‘keadilan’.
Era emas ini dimulai oleh Luis Aragones di pentas Euro 2008 Austria-Swiss. Saat itu dia mencoba dimensi baru permainan Xavi cs. dengan mengandalkan operan-operan pendek yang rapat dari lini tengah, ditambah juga pergerakan dari dua sisi lapangan. Aragones bukan hanya berhasil memberikan tunas permainan Spanyol, namun juga dia sukses menyatukan ke-22 putra terbaik Spanyol yang berasal dari berbagai macam ethnic yang masih terus bersitegang dengan kubu kerajaan; Catalan dan Basquet. Rasa kebersamaan yang dimiliki berkat adanya persatuan itu terlihat dari permainan di lapangan hijau. La Furia Roja terlihat sabar dan dewasa dalam permainan.

Prestasi apik di tim nasional berimbas juga ke tim. Xavi dan Iniesta yang memang menjadi otak permainan Spanyol di Euro 2008, sangat membantu Pep Guardiola untuk menyempurnakan tiki taka khas Barcelona. Semenjak musim 2008/09 hingga 2011/12, El Barca bersama Guardiola telah memenangi 15 gelar juara, dan rata-rata menguasai lebih dari 60% penguasaan bola di setiap pertandingannya. Sungguh hasil yang luar biasa.

Xaviesta memiliki Leo Messi sebagai tukang gedor sekaligus pembeda bagi setiap pertandingan La Blaugrana, dan di Spanyol mereka tidak memiliki pemain dengan intelektualitas tinggi seperti titisan Maradona itu. Namun hal itu tidaklah menjadi kendala Vicente Del Bosque. Sebagai suksesor Luis Aragones, Del Bosque menekankan permainan Spanyol yang fleksibel, tidak terpaku pada satu formasi permainan. Di Piala Dunia 2010, meski di awal fase grup menggunakan formasi 4-4-2 namun memasuki fase knock-out formasi berganti ke pola 4-2-3-1 yang ketika permainan sudah berjalan berubah menjadi 4-3-3. Alhasil gelar Piala Dunia pertama berhasil mereka rengkuh. Lalu pada pentas Piala Eropa 2012, dengan absennya David Villa membuat eks pelatih Real Madrid itu melakukan inovasi lagi dengan formasi 4-6-0, menumpuk enam gelandang tanpa satu striker murni. Cesc Fabregas diplot sebagai The False Nine, seorang gelandang serang yang ditugasi menjadi penyerang bayangan yang terkadang hadir dari blind side bek lawan. Walaupun sempet kembali ke pakem 4-2-3-1 di dua pertandingan akhir penyisihan grup, tapi sepertinya Del Bosque kurang sreg bila memainkan penyerang tunggal, yang namanya bukan David Villa, sehingga seiring berjalannya pertandingan formasi bisa kembali ke 4-6-0. Formasi tersebut membuat Spanyol tidak hanya kreatif dalam menyerang namun juga kokoh di lini pertahanan.

Dari segi permainan sendiri, Del Bosque seakan hanya mengembangkan apa yang telah dirintis oleh Aragones. Spanyol tidak memainkan pola pertahanan khas catenaccio Italia, liuk-liukan khas individu samba Brasil, ataupun serangan sporadis khas total football Belanda, mereka memainkan sepak bola mereka sendiri, yang dinamai tiki taka. Tiki taka mengutamakan keseimbangan tim dengan operan-operan pendek, dimulai dari lini belakang ke tengah, pemain-pemain lini tengah ini memiliki peran sentral untuk mengkreasikan serangan untuk dieksekusi oleh pemain di lini depan. Mereka bermain lebih sabar dalam menguasai bola dan langsung melakukan pressing saat pemain lawan menguasai bola.

Di turnamen keduanya sebagai pelatih timnas Spanyol, Del Bosque mencatatkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan Piala Dunia dua tahun silam. Kali ini tidak ada kekalahan yang dialami di sepanjang turnamen, dan kemenangan yang mereka raih lebih meyakinkan dengan margin gol lebih dari satu, kecuali Kroasia dan Portugal.  Selain itu, dia juga berhasil memaksimalkan penampilan seorang David Silva sebagai raja assist bagi gol-gol La Furia Roja. Dan tetap, fleksibelitas yang difondasikan oleh tiki taka menjadi ciri khas Spanyol di tangan Vicente Del Bosque.

Tiki taka, ball possession melebihi 60%, pertahanan terbaik, dan gelar top scorer yang diraih Fernando Torres sudah menjadi bukti sahih keperkasaan Spanyol di Polandia-Ukraina 2012. Hanya dengan menjadi juara lah yang menjadi hasil yang adil bagi mereka. Spanyol memang pantas juara, dan menjadi tim pertama yang menjuarai Euro berturut-turut. Sekali lagi, selamat untuk tim nasional Spanyol. Sepakbola telah menunjukkan keadilannya.