Spanyol sukses menjuarai Piala Eropa 2012, sekaligus menjadi negara pertama yang berhasil mengawinkan gelar juara Euro back-to-back.
Total dalam empat tahun terakhir mereka telah menyabet dua Piala Eropa
dan sekali Piala Dunia. Inilah generasi emas sepak bola Negeri Matador
sepanjang masa. Sebuah tim nasional yang telah menggoreskan namanya di
tinta emas persepakbolaan dunia; dengan cara bermain tiki taka dan disempurnakan juga dengan gelar juara. Takdir telah menunjukkan Spanyol sebuah ‘keadilan’.
Era emas ini dimulai oleh Luis Aragones di pentas
Euro 2008 Austria-Swiss. Saat itu dia mencoba dimensi baru permainan
Xavi cs. dengan mengandalkan operan-operan pendek yang rapat dari lini
tengah, ditambah juga pergerakan dari dua sisi lapangan. Aragones bukan
hanya berhasil memberikan tunas permainan Spanyol, namun juga dia sukses
menyatukan ke-22 putra terbaik Spanyol yang berasal dari berbagai macam
ethnic yang masih terus bersitegang dengan kubu kerajaan; Catalan dan
Basquet. Rasa kebersamaan yang dimiliki berkat adanya persatuan itu
terlihat dari permainan di lapangan hijau. La Furia Roja terlihat sabar
dan dewasa dalam permainan.
Prestasi apik di tim nasional berimbas juga ke tim.
Xavi dan Iniesta yang memang menjadi otak permainan Spanyol di Euro
2008, sangat membantu Pep Guardiola untuk menyempurnakan tiki taka khas
Barcelona. Semenjak musim 2008/09 hingga 2011/12, El Barca bersama
Guardiola telah memenangi 15 gelar juara, dan rata-rata menguasai lebih
dari 60% penguasaan bola di setiap pertandingannya. Sungguh hasil yang
luar biasa.
Xaviesta memiliki Leo Messi sebagai tukang gedor sekaligus pembeda bagi setiap pertandingan La Blaugrana,
dan di Spanyol mereka tidak memiliki pemain dengan intelektualitas
tinggi seperti titisan Maradona itu. Namun hal itu tidaklah menjadi
kendala Vicente Del Bosque. Sebagai suksesor Luis Aragones, Del Bosque
menekankan permainan Spanyol yang fleksibel, tidak terpaku pada satu
formasi permainan. Di Piala Dunia 2010, meski di awal fase grup
menggunakan formasi 4-4-2 namun memasuki fase knock-out formasi
berganti ke pola 4-2-3-1 yang ketika permainan sudah berjalan berubah
menjadi 4-3-3. Alhasil gelar Piala Dunia pertama berhasil mereka
rengkuh. Lalu pada pentas Piala Eropa 2012, dengan absennya David Villa
membuat eks pelatih Real Madrid itu melakukan inovasi lagi dengan
formasi 4-6-0, menumpuk enam gelandang tanpa satu striker murni. Cesc
Fabregas diplot sebagai The False Nine, seorang gelandang serang yang ditugasi menjadi penyerang bayangan yang terkadang hadir dari blind side
bek lawan. Walaupun sempet kembali ke pakem 4-2-3-1 di dua pertandingan
akhir penyisihan grup, tapi sepertinya Del Bosque kurang sreg bila
memainkan penyerang tunggal, yang namanya bukan David Villa, sehingga
seiring berjalannya pertandingan formasi bisa kembali ke 4-6-0. Formasi
tersebut membuat Spanyol tidak hanya kreatif dalam menyerang namun juga
kokoh di lini pertahanan.
Dari segi permainan sendiri, Del Bosque seakan
hanya mengembangkan apa yang telah dirintis oleh Aragones. Spanyol tidak
memainkan pola pertahanan khas catenaccio Italia, liuk-liukan khas individu samba Brasil, ataupun serangan sporadis khas total football Belanda, mereka memainkan sepak bola mereka sendiri, yang dinamai tiki taka. Tiki taka
mengutamakan keseimbangan tim dengan operan-operan pendek, dimulai dari
lini belakang ke tengah, pemain-pemain lini tengah ini memiliki peran
sentral untuk mengkreasikan serangan untuk dieksekusi oleh pemain di
lini depan. Mereka bermain lebih sabar dalam menguasai bola dan langsung
melakukan pressing saat pemain lawan menguasai bola.
Di turnamen keduanya sebagai pelatih timnas
Spanyol, Del Bosque mencatatkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan
Piala Dunia dua tahun silam. Kali ini tidak ada kekalahan yang dialami
di sepanjang turnamen, dan kemenangan yang mereka raih lebih meyakinkan
dengan margin gol lebih dari satu, kecuali Kroasia dan Portugal. Selain
itu, dia juga berhasil memaksimalkan penampilan seorang David Silva
sebagai raja assist bagi gol-gol La Furia Roja. Dan tetap, fleksibelitas yang difondasikan oleh tiki taka menjadi ciri khas Spanyol di tangan Vicente Del Bosque.
Tiki taka, ball possession melebihi 60%, pertahanan terbaik, dan gelar top scorer yang
diraih Fernando Torres sudah menjadi bukti sahih keperkasaan Spanyol di
Polandia-Ukraina 2012. Hanya dengan menjadi juara lah yang menjadi
hasil yang adil bagi mereka. Spanyol memang pantas juara, dan menjadi
tim pertama yang menjuarai Euro berturut-turut. Sekali lagi, selamat
untuk tim nasional Spanyol. Sepakbola telah menunjukkan keadilannya.
